Perception of Customary Law Communities on the Existence of Forest in Kasepuhan Karang and Cisungsang, Lebak Regency, Banten

Surati Surati, Sylviani Sylviani, Niken Sakuntaladewi, Dian Charity Hidayat, Kuncoro Ariawan

Abstract


The existence of customary territories, which are generally located in forest areas, create a separate conflict. One solution is the granting of customary forest management rights to customary law communities (CLC), and there are common understanding and perception between community and forest area managers. The study aims to understand perceptions of CLC about their needs and interests in forests. The research was conducted in Kasepuhan Karang and Cisungsang. Research method is descriptive qualitative. Data processing was done in a tabulated form and analyzed descriptively. The results showed that the perceptions of CLC Kasepuhan Karang and Cisungsang on customary forest management in terms of social, economic, and ecological aspects were generally positive, and that the condition of the Kasepuhan Karang forest is better. It was found that the ranges from social aspects are 45%-95%, economic aspects are 39%-100%, and ecological aspects are75%-100%. They depend on the forest as a source of life, medicines, and handicraft materials. Forests are also a place for customary rituals, a source of food, a source of water that is preserved and passed down from generation to generation. Customary institutions need to be strengthened with the active participation of traditional elders or the younger generation, so that future generations understand and inherit customary culture values.


Keywords


Perception, customary law community, customary forest, Banten.

References


Al Ulya, A. N., Leksono, S. M., & Khastini, R. O. (2017). Biodiversitas dan potensi jamur Basidomycota di kawasan Kasepuhan Cisungsang, Kabupaten Lebak, Banten. Al-Kauniyah: Journal of Biology, 10(1), 9–16. https://doi.org/10.15408/kauniyah.v10i1.4513.

Amalia, D. C. (2019). Pola penguasaan dan pemanfaatan lahan pasca-penetapan Hutan Adat Kasepuhan Karang (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ariawan, K. & Surati. (2017). Pengetahuan dan harapan masyarakat terhadap perubahan peruntukan kawasan hutan di Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 14(3), 205–217. https://doi.org/10.20886/jpsek.2017.14.3.205-217.

Arizona, Y., Malik, & Ishimora, I. L. (2017). Pengakuan hukum terhadap masyarakat adat: tren produk hukum daerah dan nasional pasca-Putusan MK 35/PUU-X/2012 (Outlook Epistema 2017). Jakarta: Epistema Institute.

Azwar, S. (2010). Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. BPS Kabupaten Lebak. (2020a). Kecamatan Cibeber dalam angka 2020. Lebak: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Banten. BPS Kabupaten Lebak. (2020b). Kecamatan Muncang dalam angka 2020. Lebak: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak, Banten.

Desmiwati & Surati. (2018). Upaya memperjuangkan peraturan daerah tentang pengakuan, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat hukum adat kasepuhan Kabupaten Lebak, Banten. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 15(2), 165–178.

Fajrianda, M., Bakar, Y. A., & Syamsidik. (2017). Persepsi masyarakat terhadap konservasi hutan mangrove dan bencana di Desa Leuge, Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmu Kebencanaan, 4(1), 1–5.

Hidayat, D. C., Surati, Sakuntaladewi, N., Sylviani, & Ariawan, K. (2020). Value of vegetation diversity for indigenous (adat) community of Kasepuhan Karang. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.

Hidayat, H., Yogaswara, H., Herawati, T., Blazey, P., Wyatt, S., & Howitt, R. (2018). Forests, law and customary rights in Indonesia: implications of a decision of the Indonesian Constitutional Court in 2012. Asia Pacific Viewpoint, 59(3), 293–308. https://doi.org/10.1111/apv.12207.

Kartodiharjo, H. (2016). Belajar dari berbagai pengalaman multi-pihak. Makalah disajikan dalam Workshop Strategi dan Gerakan Bersama Resolusi Konflik Agraria di Kawasan Hutan, Bogor: IPB. Keputusan Bupati Lebak No. 430/Kep.298/Disdikbud/2013 tentang Pengakuan Keberadaan Masyarakat Adat di Wilayah Kesatuan Adat Banten Kidul di Kabupaten Lebak.

Keputusan Menteri LHK No. 6744/MenLHK-PSKL/KUM.1/12/2016 tentang

Penetapan Pencantuman Hutan Adat Kasepuhan Karang Seluas ± 486 Ha di Desa Jagaraksa Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Keputusan Menteri LHK No. 6748/MenLHK-PSKL/KUM.1/12/2016 tentang

Penetapan Hutan Adat Kasepuhan Karang Seluas ±462 Ha di Desa Jagaraksa Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Latupapua, Y. T. (2011). Persepsi masyarakat terhadap potensi objek daya tarik wisata pantai di Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Agroforestri, 6(2), 92–102. https://doi.org/https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/jhppk/article/view/1319/1086.

Lestari, T., Agussabti, & Alibsyah, M. R. (2014). Partisipasi masyarakat adat dalam konservasi sumberdaya hutan di Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 3(2), 506–517.

Manuaba, I. B. P., Satya Dewi, T. K., & Kinasih, S. E. (2012). Mitos, masyarakat adat, dan pelestarian hutan. Atavisme, 15(2), 235. https://doi.org/10.24257/atavisme.v15i2.63.235-246.

Nababan, A. (2014). Memperkuat posisi dan peran masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup di Indonesia. In I. Hakim & L. R. Wibowo (Eds.), Hutan Untuk Rakyat Jalan Terjal Reforma Agraria di Sektor Kehutanan (pp. 145-156). Yogyakarta: LKiS.

Novayanti, D., Banuwa, I. S., Safe’i, R., Wulandari, C., & Febryano, I. G. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat dalam pembangunan hutan tanaman rakyat pada KPH Gedong Wani. Jurnal Hutan dan Masyarakat, 9(2), 61–74.

Novianti, R. (2016). Leuit Si Jimat: wujud solidaritas sosial masyarakat di Kasepuhan Sinarresmi. Jurnal Patanjala, 8(2).

Nuryanto & Machpudin, I. (2008). Kajian pola kampung dan rumah tinggal warga Kasepuhan Kesatuan Adat Banten Kidul di Sukabumi Selatan-Jawa Barat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Pamungkas, H. S. R., Thayib, H., & Inswiasri. (2015). Potential distribution pattern of artisanal gold mining’s mercury waste in Cisungsang village, Lebak District, Banten. Jurnal Ekologi Kesehatan, 14(3), 195–205.

Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat Kasepuhan.

Prabowo, S. A., Basuni, S., & Suharjito, D. (2010). Konflik tanpa henti: permukiman dalam kawasan Taman Nasional Halimun Salak. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 16(3), 137–142. https://doi.org/10.7226/jmht.16.3.

Pratiwi, R., Nitibaskara, T. U., & Salampessy, M. L. (2019). Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan hutan adat (studi kasus di Kasepuhan Pasir Eurih, Desa Sindanglaya, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Jurnal Belantara, 2(1), 62–69. https://doi.org/10.29303/jbl.v2i1.131.

Rahmawati, R., Darusman, D., & Hermawan, D. (2017). Strategi adaptasi masyarakat lokal untuk tata kelola sumber daya hutan berkelanjutan. Bogor: Unida Pers.

Ramdhaniaty, N. (2018). Perempuan adat non elit, eksklusi berlapis, dan perjuangan hak kewarganegaraan atas hutan adat (Tesis). Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia, Jakarta.

Restiyawan, A. A. (2016). Persepsi mahasiswa pendidikan ekonomi terhadap keberadaan bank mini di Program Studi Pendidikan Ekonomi Undiksha. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi, 7(1), 1–10.

Satriadi, Y. P. & Somantri, R. A. (2016). Upacara Munar Lembur pada komunitas adat Kasepuhan Cisungsang, Kabupaten Lebak, Banten. Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, 8(2), 155–170. https://doi.org/10.30959/patanjala.v8i2.70.

Subarudi. (2014). Kebijakan pengelolaan hutan adat pasca-Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012: suatu tinjauan kritis. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 11(3), 207–224.

Surati. (2014). Analisis sikap dan perilaku masyarakat terhadap Hutan Penelitian Parung Panjang. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 11(3), 339–347.

Surati, Sylviani, Sakuntaladewi, N., Irawanti, S., Ariawan, K., & Hidayat, D. C. (2018). Rasionalitas persyaratan hutan adat dalam mendukung legalitas hutan (Laporan Hasil Penelitian). Bogor: Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim.

Sylviani, Surati, Sakuntaladewi, N., & Sumirat, B. K. (2020). Adat community and climate change adaptation measures: case of Kasepuhan Karang. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 487(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/487/1/012005.

Tansia, T. G. (2016). Sumber daya penghidupan masyarakat Kasepuhan Cisungsang, Kabupaten Lebak-Banten. Lembaran Masyarakat: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2(2), 97–124.

Wahyuni, N. I. & Mamonto, R. (2012). Persepsi masyarakat terhadap taman nasional dan sumber daya hutan: studi kasus Blok Aketawaje, Taman Nasional Aketawaje Lolobata. Info BPK Manado, 2(1), 1–16.

Zakaria, Y. R. (2016). Strategi pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat (hukum) adat: sebuah pendekatan sosio-antropologis. BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan, 2(2), 133–150.




DOI: https://doi.org/10.20886/jpsek.2021.18.2.99-115

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Indexed by:

 ...More

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan (JPSEK)
eISSN : 2502-4221 pISSN : 1979-6013
JPSEK is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.