Implementasi Fatwa MUI Tentang Hukum Menggunakan Atribut Non-Muslim Perspektif Pekerja Publik di Kota Malang

Miftahudin Azmi

Abstract


The Indonesian Ulama Council (MUI) is one of the religious organizations that is expected to maintain interaction between religious communities in Indonesia, but several MUI fatwas are actually considered contrary to this goal, one of which is a fatwa on the law using non-Muslim religious attributes. This study aims to analyze the MUI fatwa on the use of non-Muslim religious attributes in the context of a pluralistic Indonesian society. This study uses an empirical juridical approach by knowing the facts that occur in the community, and identifying problems in order to find the right solution. The results showed that the fatwa caused a polemic for public sector workers. Some public workers were intimidated for using non-Muslim attributes. The use of these attributes in the perspective of Islamic law must be seen for its illat, even all schools agree that the use of non-Muslim attributes is not punished as infidel.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan salah satu organisasi keagamaan yang diharapkan menjaga interaksi antar umat beragama di Indonesia, namun beberapa fatwa MUI justru dianggap berlawanan dengan tujuan tersebut, salah satunya adalah fatwa tentang hukum menggunakan atribut keagamaan non-muslim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fatwa MUI tentang penggunaan atribut keagamaan non-muslim dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris dengan mengetahui fakta yang terjadi di masyarakat, serta mengidetifikasi masalah agar ditemukan solusi yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fatwa tersebut menimbulkan polemik bagi pekerja sektor publik. Beberapa pekerja publik diintimidasi karena menggunakan atribut non-muslim. Penggunaan atribut tersebut dalam perspektif hukum Islam harus dilihat illatnya, bahkan eluruh madzhab sepakat jika penggunaan atribut non-muslim tidak dihukumi kafir.

 


Full Text:

PDF

References


Adha, Muhd Maryadi. “Fatwa Mui Tentang Atribut Keagamaan Dalam Perspektif Komunikasi Dakwah.” Al-Balagh : Jurnal Dakwah Dan Komunikasi 3, no. 2 (2018): 149–74. https://doi.org/10.22515/balagh.v3i2.1405.

A.M, Yusuf Qaradhawi terj. Alwi. Islam Jalan Tengah; Menjauhi Sikap Berlebihan dalam Beragama. III. Bandung: Mizan, 2017.

Asqalani, Syihabuddin ibn Ahmad ibn Hajar al-. Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari. Vol. III. Beirut: Dar al Fikr, 1990.

Bukhārī, Abū ‘Abd Allāh Muḥammad ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju‘fī al-. Sahih Bukhari. Vol. IV. Beirut: Da>r Kutub al-Ilmiyah, t.t.

Cahyanti, Mega Mirasa, dan Widiya Dewi Anjaningrum. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Kecil Sektor Industri Pengolahan di Kota Malang.” Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia 11, no. 2 (Februari 2017): 73–79. https://doi.org/10.32812/jibeka.v11i2.50.

Fatwa Nomor 56 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2016 tentang Hukum Menggunakan Atribut Keagamaan Non-Muslim

Hasyim, Syafiq. “Fatwa Aliran Sesat Dan Politik Hukum Majelis Ulama Indonesia (mui).” Al-Ahkam 25, no. 2 (24 Oktober 2015): 241–66. https://doi.org/10.21580/ahkam.2015.25.2.810.

Iswahyudi. “Majelis Ulama Indonesia dan Nalar Fatwa-Fatwa Eksklusif.” Al Ihkam: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial XI, no. 2 (2016): 361–91.

Matroni, Sharah Aidha, dan Genny Gustina Sari. “Makna Atribut Natal Bagi Sales Promotion Girl (SPG) Muslim di Kota Pekanbaru.” JOM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik V, no. II (Desember 2018). https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/20834.

Mudzhar, Muhammad Atho. Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah Studi Tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia 1975-1988. Jakarta: INIS, 1993.

Prihantoro, Syukur. “Maqasid Al-Syari’ah Dalam Pandangan Jasser Auda:” At-Tafkir 10, no. 1 (14 Oktober 2017): 120–34.

Qaraḍāwi, Yūsuf al-. al-Ijtihād fi asy-Syari’ah al-Islāmiyyah ma’a Naẓārat Tahliiyyah fi al-Ijtihād al-Mu’āṣr. Kuwait: Da>r al Qalam, 1998.

Rahman, Andi. “Relasi Antara Muslim dengan Non Muslim.” Jurnal Kordinat XV, no. 2 (Oktober 2016): 217–28.

Rahman, Fazlur. Islam and Modernity : Transformation of An Intellectual Tradition. Chicago: The University of Chicago Press1982, t.t.

Saleh, Hasan. Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Shihab, M. Quraish. Fatwa-fatwa. Jakarta: Mizan, 1999.

———. Kerukunan Beragama dari Perspektif Negara, HAM, dan Agama-agama. Jakarta: MUI, 1996.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Metodologi Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2016.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.

Suhartono, Slamet. “Eksistensi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam Perspektif Negara Hukum Pancasila.” Al Ihkam: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, no. 12(2) (2018): 448–65. https://doi.org/10.19105/al-ihkam.v12i2.1255.

Suryani, Irma. “Metode Fatwa Majelis Ulama Indonesia.” JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 9, no. 2 (23 Februari 2018): 175–84. https://doi.org/10.31958/juris.v9i2.915.

Undang-Undang Dasar 1945

Ya’qub, Hamzah. Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin; Tasawwuf dan Taqarrub. Jakarta: Atisa, 1992.

Yasid, Abu. Fiqh Realitas. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Yunus, M. Firdaus. “Agama dan Pluralisme.” Islam Futura XIII, no. 2 (2014): 213–19.

Yusuf, Muhammad. “Modernitas dan Keindonesiaan Fatwa Majelis Ulama Indonesia.” JURNAL INDO-ISLAMIKA 6, no. 1 (2016): 1–21. https://doi.org/10.15408/idi.v6i1.14792.

Zakirman, Al Fakhri. “Metodologi Fatwa Majelis Ulama Indondonesia.” Jurnal Al-Hikmah IAIN Pontianak X, no. 2 (Desember 2016): 157–72. https://doi.org/10.24260/al-hikmah.v10i2.615.

Zuhaily, Wahbah al. Al Fiqhu al Islamiyyu wa Adillatuhu. Vol. 07. Cairo: Dar al Fikr, 1985.




DOI: https://doi.org/10.18860/j-fsh.v12i2.15695

Copyright (c) 2020 Miftahudin Azmi

Published By:

Shariah Faculty Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Gajayana Street 50 Malang, East Java, Indonesia

 


De Jure: Jurnal Hukum dan Syar'iah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International